Keluarga PRESTASI

IMG_1463Dalam satu sesi orientasi akademik sebelum berangkat, seorang alumni penerima beasiswa PRESTASI cerita. Katanya, “Saya dan teman-teman seangkatan dulu waktu masih pelatihan bahasa saling bantu. Kita bikin kelompok belajar. Berbagi kesulitan dan saling beri semangat. Sudah seperti keluarga. Kalian juga nanti akan merasakan hal yang sama.”

PRESTASI ini singkatan dari Program to Extend Scholarships and Training to Achieve Sustainable Impacts. Beasiswa ini didanai oleh United States Agency for International Development (USAID). Proses seleksi dan pra-keberangkatan dikelola oleh Indonesian International Education Foundation (IIEF).

Ini salah satu beasiswa yang lengkap. Setelah lulus seleksi, penerima beasiswa akan memperoleh pelatihan bahasa Inggris. Lamanya tergantung ujian penempatan sebelum pelatihan. Ada yang 1,5 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan. Tempat kursusnya di LBI UI, Salemba, di Jakarta. Teman-teman yang dari daerah memperoleh akomodasi penuh selama pelatihan. Umumnya mereka ngekos di sekitar Salemba.

Di sela-sela pelatihan bahasa, seminggu sekali kami mendapat orientasi akademik dan budaya. Pembicaranya dari USAID, Kedubes Amerika, ataupun alumni penerima beasiswa PRESTASI itu sendiri. Topik yang disampaikan umumnya tentang kehidupan akademik dan budaya Amerika. Juga, hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari di sana. Misalnya, berapa persen kasih tips kalau makan di restoran, apa yang mesti dilakukan jika diundang potluck, pentingnya budaya antri, dan lain-lain. Meski remeh temeh, ini penting agar tak kebingungan ketika nanti sampai di Amerika.

Saya sendiri kebagian kelas yang 3 bulan. Beberapa bulan di kelas ini menambah keakraban. Saling belajar satu sama lain. Juga saling membantu jika ada yang kesulitan. Sejumlah teman misalnya minta saya memberi masukan untuk esai Personal Statement (PS) dan Study Objective (SO) mereka. Tentu saja saya senang sekali bisa membantu. Pengalaman kerja saya sebagai peneliti di Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta dan asisten jurnal Studia Islamika berguna untuk membantu orang lain.

Untuk memperbaiki PS dan SO itu, masing-masing kami mendapat mentor dari LBI UI. Baik PS dan SO ini memang perlu dipersiapkan serius, karena ini jadi syarat pelengkap aplikasi untuk mendaftar kampus di Amerika. Syarat lainnya adalah skor TOEFL IBT dan GRE. Di akhir pelatihan, kami mengikuti ujian keduanya. Skor TOEFL dan GRE ini adalah syarat administratif standar. Semua pemburu beasiswa sudah tak asing dengan persyaratan itu.

Tak hanya berhenti di situ. Kami juga memperoleh Latihan Kepemimpinan selama beberapa hari. Lantas mengikuti Pre-Departure Orientation di Jakarta. Juga, dapat Pre-Academic Orientation di Washington, D.C. selama tiga hari dari Institute of International Education (IIE). IIE yang bertanggung jawab terhadap para penerima beasiswa PRESTASI selama mereka di Amerika. Tentu saja, momen-momen bersama itu makin menumbuhkan rasa senasib dan seperjuangan.

Buat saya, pengalaman bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah ini asyik dan menyenangkan. Bisa belajar kebudayaan dari daerah lain. Misalnya ada yang dari Ambon, Sumba, Kupang, Toraja, Manokwari, dan Jayapura. Kota-kota yang belum pernah saya kunjungi. Ini tentu saja membuat saya makin menyadari makna keindonesiaan. Bahwa negeri ini dibentuk oleh berbagai suku, bangsa, agama, dan bahasa. Karena itu, sikap terbuka dan toleran terhadap perbedaan jadi keniscayaan.

Beberapa teman pernah berkunjung ke rumah saya di Pamulang. Mereka jadi tahu mengapa saya berangkat pagi buta ke Salemba. Kalau tidak, saya harus siap-siap kesiangan. Terjebak macet yang menggila di pagi Jakarta. Kami juga pernah piknik bareng ke Sukabumi. Mengunjungi seorang teman yang berasal dari sana. Namanya Hasiholan Tiroi Simorangkir. Bukan orang Sunda. Jadi ini jalan-jalan mengunjungi keluarga Batak di Sukabumi. Tentu sekaligus menikmati pantai Pelabuhan Ratu.

Berkali-kali jika ada teman yang kesulitan kami membantunya. Tanpa diminta dan sepengetahuannya. Grup WhatsApp membuat kami saling terhubung. Tak jarang pula, jadi tempat berbagi suka dan duka. Serta memberi semangat satu sama lain. Hingga hari ini, ketika masing-masing terpisah di seantero Amerika, seringkali grup itu jadi tempat berbagi informasi dan hiburan. Ada yang tanya tentang pelajaran. Ada yang berbagi kekonyolan. Banyak juga yang bercanda.

Di Amerika, liburan semester adalah saatnya berwisata. Kami tersebar di berbagai negara bagian di Amerika. Biasanya saling berkunjung ke kota di mana ada teman sesama mahasiswa PRESTASI. Setidaknya ada tempat menginap gratis. Juga jadi punya tour guide di kota bersangkutan. Awal November nanti beberapa teman akan berkunjung ke Dekalb. Mereka bilang ingin napak tilas kampusnya Menteri Anies Baswedan. Sekalian ingin lihat suasana ladang jagung di Amerika.

Begitulah, saya kini merasakan pengalaman seperti cerita alumni di atas. Jadi, PRESTASI memang tak hanya beasiswa. Lebih dari itu, ia adalah sebuah keluarga.

Tentu saja, ada yang memang keluarga PRESTASI betulan. Ini dialami oleh Bertimuliadi. Biasa kami panggil Uda. Dua tahun lalu istrinya juga penerima beasiswa PRESTASI. Kini giliran dia yang sekolah. Terus terang, saya angkat topi buat semangat belajar pasangan ini.

4 thoughts on “Keluarga PRESTASI

  1. Ah…Mas Testri, tulisanmu bikin kangen sama suasana pelatihan dan teman-teman semua. *kemudian berlibur ke semua state* ~eh

    Sampai jumpa segera, Mas!

    SALAM BERPRESTASI. 🙂

    Like

  2. I miss to be in one class with you, you always sit besides or in the opposite of my seat. We have lots of memories, lunch or dinner together. Hang out in malls or watch movies. We share all the happiness such as birthdays parties or even just a talk. I wish we could meet soon…

    Like

Leave a comment